Sekeping Koin dan Kebaikan yang Mengubah Hidupku

April 17, 2020

Menebar kebaikan mengubah hidupku
Donate make a change


Sekeping Koin dan Kebaikan yang Mengubah Hidupku




Temaaaan.

Sungguh aku nggak akan pernah bisa melupakan kebaikan berbagi dari seorang lelaki asing pada tahun 2001 lalu. Ketulusannya dalam menebar kebaikan tidak hanya menyelamatkanku, tetapi juga telah mengubah hidupku dalam banyak hal.

Saat itu aku baru saja berkerja sebagai SPG di salah satu mal di Pekanbaru. Perkerjaan ini harus aku lakoni agar bisa membayar uang kuliah.

Ayahku mengalami stroke waktu aku kelas 1 SMA, karena itu sejak awal ibu memang udah bilang tidak bisa membiayai kuliahku. Jadi kalau pengen tetap kuliah, aku harus berjuang sendiri.

Memasuki semester kedua, aku mulai mencari perkerjaan. Alhamdulillah, berbekal ijazah SMA aku diterima berkerja sebagai SPG untuk brand kemeja formal pria.

Belum sampai sebulan berkerja, oleh pihak brand, aku dipindahkan ke mal lainnya yang baru saja dibuka.

Untuk menghemat biaya hidup menjelang gajian, aku menumpang tinggal di rumah paman yang kebetulan tidak begitu jauh dari mal itu. Kalau lewat jalan pintas nggak sampai 20 menit. Jadi bisalah pergi dan pulang kerja dengan berjalan kaki.

Jam sudah menunjukkan waktu pukul 11 malam, ketika rolling door terakhir ditutup. Setelah melewati pemeriksaan fisik, aku bergegas berjalan menuju teras mal. Alangkah kagetnya aku waktu itu, ternyata hujan lebat di luar.

Kulihat rekan-rekan kerja lainnya berlarian menuju jemputannya masing-masing. Ada juga yang bergerombol menuju angkot. Meninggalkan aku sendiri yang masih berdiri di teras mal.

Pikiranku mulai nanar memikirkan cara untuk pulang ke rumah paman. Sementara aku belum memiliki teman dekat untuk kutumpangi. Ga heran sih, karena memang baru dua hari aku dipindahkan ke mal ini. Untuk introvert sepertiku, butuh waktu lebih untuk menjalin keakraban dengan orang lain, terutama di lingkungan baru.

Waktu berangkat kerja tadi pagi, di kantongku ada selembar uang sepuluh ribu rupiah. Seharusnya uang itu masih ada malam ini, karena untuk makan siang aku bawa bekal dari rumah. Namun, karena rekan kerjaku yang shift malam nggak masuk, aku disuruh lembur sama atasan. Jadi terpaksa deh uang satu-satunya itu aku gunakan untuk makan malam di kantin.

Aku beneran nggak menyangka sama sekali, kalau malam itu akan hujan lebat. Benar-benar di luar prediksi, dan jujur aja aku memang nggak siap sama sekali. Kalo aja uang itu ga aku belanjain semua, pasti masih tersisa untuk ongkos angkot. Tapi, melihat segelas teh hangat yang diminum teman, kok rasanya enaaaak. Apalagi setelah berdiri seharian di ruangan ber-AC, perut rasanya hangat banget setelah minum teh. Hahaha. Yah, itulah. Demi memuaskan lidah dan perut, seribu rupiah pun tidak lagi ada di tangan untuk ongkos pulang.

Mau jalan kaki, rasanya juga sulit. Percaya deh, Teman. Jalan kaki pakai high heel di saat hujan itu bakal bikin kaki lecet parah. Selain itu seragamku bahannya juga tipis. Kalau aku paksain jalan kaki, resikonya kaki badan cedera, trus badan menggigil kedinginan. Jadi aku hanya bisa berharap hujan segera reda.

Sembari menunggu hujan reda, kulayangkan pandangan ke arah halte, masih ada 2 angkot yang berdiri di sana.

Kalau ga mau ketinggalan angkot terakhir, aku harus segera memutuskan. Mau lanjut jalan kaki, atau naik angkot?

Tapi kalau mau naik angkot, bayarnya pake apaaaa? Aaarrgh, galau tingkat dewa deh saat itu.

Saking galaunya, alam bawah sadar menuntun tanganku memeriksa kantung seragam berkali-kali. Seolah ingin memastikan lagi, nih kantong beneran kosong atau enggak. Kali aja ada duit nyelip. Tapi nihil. Kantungku beneran kosong. Hahaha.

Di tengah kegalauan itu, dari arah samping sudut mataku melihat seorang pria paruh baya berbaju kumal berjalan ke arahku. Terlihat beberapa bercak lumpur di bagian lengannya. Rambutnya acak-acakan, sebelah kaki celananya digulung hingga setengah betis. Memperlihatkan bekas luka yang belum sepenuhnya kering.

Dia terus melangkah, sementara matanya tidak berkedip memandangiku. Melihat tatapan matanya itu, aku mendadak merasa menggigil. Firasatku mengatakan lelaki itu 'tidak normal'.

Aduuuuh.

Aku mulai panik karena ketika melihat sekeliling, hanya aku satu-satunya orang yang masih berdiri di teras mal. Kalo dia berniat jahat, gak bakalan ada orang yang bisa nolongin. Bahaya, kan. Sementara itu dia terus aja berjalan semakin mendekat.

Akhirnya rasa takut membangkitkan keberanianku. Tanpa pikir panjang lagi segera kuayunkan kaki secepat mungkin menuju halte. Dalam pikiranku hanya satu, segera menjauh dari lelaki aneh itu.

Kakiku sempat tergelincir beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil menaiki angkot yang terakhir.

Jantungku masih berdegup kencang, dan nafasku terengah-engah. Tanpa memeduli tatapan heran penumpang lainnya, aku mengusap-usap lengan baju yang basah kuyup sambil menenangkan hati.

Beberapa menit berlalu, angkot yang kunaiki masih belum berjalan. Kulihat ke arah kemudi, supirnya tidak terlihat.

"Oh ... mungkin sedang di luar mencari penumpang," pikirku.

Dan benar saja, tidak lama kemudian seseorang membuka pintu, kemudian duduk di belakang kemudi. Dalam hitungan detik angkot pun mulai bergerak.

Ketika melewati jalan di samping mal, angkot berhenti. Aku lihat ada seseorang yang mengetuk kaca di samping supir.

Supir itu menurunkan kaca, menjulurkan kepalanya keluar. Kemudian dia berbincang dengan orang yang ada di luar. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya, hanya saja dari pakaian yang ia kenakan tampak lusuh. Warnanya pudar dan ada cipratan lumpur di bagian bawahnya. Kulihat supir itu menerima sebuah koin dari orang itu.

Setelah menutup kaca angkot, supir pun kembali menjalankan angkotnya. Beberapa detik pandangan mata kami beradu di kaca spion. Supir itu menganggukkan kepalanya dengan sopan, yang kemudian kubalas dengan sedikit senyuman.

Memasuki jalan menuju rumah paman, satu persatu penumpang telah turun. Tersisa aku dan satu penumpang lainnya yang duduk di kursi depan.

"Kakak turun di mana?" tanya supir itu kepadaku.

"Di Gg. Melur, Bang," jawabku singkat. Supir itu menganggukkan kepalanya mendengar jawabanku.

Angkot terus melaju, melewati beberapa gang sehingga sampai di Gg. Melur, tempat rumah pamanku berada. Syukurlah hujan sudah reda, aku turun dari angkot dengan hati berdebar. Karena ini adalah saatnya aku harus mengarang cerita yang masuk akal agar supir angkotnya mau mengerti dan menerima kondisiku yang tidak bisa bayar ongkos.

Sambil merogoh-rogoh kocek, aku miringkan kepala agar bisa menatap supir itu langsung. Dengan mengucap basmalah di dalam hati aku memberanikan diri untuk berterus terang.

"Bang, maaf ... sebenarnya a-"

Kata-kataku terputus karena supir itu langsung berkata, "Gak usah bayar, Kak. Ongkosnya sudah dibayarin tadi."

Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Dengan nada ragu aku balik bertanya, "Udah dibayarin? Kok bisa? Siapa yang bayarin, Bang?"

"Tukang parkir yang di mal tadi. Emang Kakak ga kenal dia?" tanya supir itu dengan mimik heran.

Aku hanya menggeleng lemah. Setelah angkot itu berlalu, aku masih saja terpaku di depan gang. Dalam hatiku, beribu ucapan syukur kulantunkan tanpa putus. Aku yakin, tukang parkir itu adalah perpanjangan tangan Allah dalam menolongku.

Kulangkahkan kaki menuju rumah paman, dengan sebuah tekad besok pagi akan mencari tahu siapa tukang parkir yang dimaksud supir angkot tadi.

Keesokan paginya aku berangkat lebih awal menuju mal, dengan harapan bisa menemui tukang parkir itu.

Sesampainya di mal aku temui pak Iwan, salah satu tukang parkir yang aku kenal. Aku ceritakan peristiwa yang kualami semalam, tetapi pak Iwan juga tidak kenal dengan ciri-ciri tukang parkir yang kusebutkan.

"Mungkin malaikat yang lagi menyamar, Kak," seloroh pak Iwan menanggapi kegalauanku. Aku mengelak.

"Lho ... bisa aja, kan. Allah kirim malaikatnya nolongin Kak Meri karena DIA tahu Kakak orang baik," ujar pak Iwan lagi.

"Baik apanya sih, Pak?" tukasku sambil tertawa.

"Lha ... Kakak kan memang baik orangnya. Dari sekian banyak karyawan mal ini cuma Kakak lho yang mau negur saya. Walaupun baru kerja disini, tapi Kakak udah dua kali traktir saya," jawab pak Iwan lagi.

"Traktir apa sih, Pak? Cuma aqua gelas aja kok," sanggahku malu.

Aku bener-bener malu mendengar kata-kata pak Iwan, karena aqua gelas itu kuberikan bukan karena aku peduli, tapi daripada nggak dapat uang kembalian dari ibu warung aja. Aqua gelas itu harganya 500 rupiah, aku ga punya uang pas. Kalo kasih uang 1000, kembaliannya sering ga ada. Makanya aku selalu beli dua. Satunya untukku, satunya lagi aku kasih ke pak Iwan yang kebetulan berdiri tidak jauh dariku. Bener-bener tindakan tanpa niat khusus, makanya aku malu kalo hal itu dibilang pak Iwan sebagai amal baik.

"Memang cuma air putih, Kak. Tapi Kakak berikan di saat saya lagi kehausan. Setelah minum air pemberian Kak Meri itu, haus saya hilang, dan saya bisa kerja lagi dengan semangat. Itu sebabnya saya bilang Kakak itu orang baik, makanya Allah sayang Kakak."

Aku terdiam mendengar kata-kata pak Iwan. Dalam hati aku bertanya, apa iya hal kecil yang kulakukan itu bernilai besar di sisi Allah? Kalau dihitung, kan cuma sekeping koin 500 gitu, lho. Rasanya ga sebanding dengan berkah yang Allah berikan padaku malam itu.

Sampai hari ini, pelaku kebaikan yang tersembunyi itu masih saja menjadi misteri. Aku hanya bisa berdoa, semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya kepada siapapun orang yang telah menolongku malam itu.

Peristiwa malam itu tidak pernah terlupakan hingga hari ini, dan aku sangat yakin akan selalu kuingat hingga akhir hayat. Aku pun belajar banyak hal tentang kebaikan, sehingga di hati dan pikiranku tertanam kuat bahwa kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun akan kembali lagi kepada kita.



Kebaikan Kecil Berdampak Besar

Jangan remehkan sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan atau yang orang lain lakukan untuk kita.




Sejak peristiwa koin yang aku ceritakan di atas, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan terus menebar kebaikan kepada siapapun, kapanpun, dalam kondisi apapun juga.

Kebaikan yang diberikan oleh lelaki misterius itu mungkin hanya sepele jika dilihat dari nominalnya. Tapi berkat kebaikan yang ia lakukan, aku terhindar dari rasa malu, aku terhindar dari berbuat bohong, dan aku selamat dari dosa.

Bayangkan saja jika tidak ada bantuan malam itu, aku mungkin sudah mengarang cerita agar supir mau menerima. Bisa jadi aku bohong dengan bilang kecopetan. Atau bisa jadi aku berterus terang, kemudian memohon dengan wajah iba agar dimaklumi. Dan respon supir pun bisa saja marah karena merasa dipermainkan. Bisa jadi dia memaki, mencaci, sehingga membuatku dipermalukan. Ketika seseorang sudah emosi banyak hal negatif yang akan terjadi.

Semua hal buruk itu bisa terhindari karena kebaikan yang lelaki itu berikan. Aku tidak henti-hentinya bersyukur atas kebaikannya itu.

Dalam sebuah kisah juga pernah disebutkan, bahwa seorang wanita tuna susila diganjar Allah dengan surga hanya karena dia memberi minum seekor anjing liar yang kehausan.

Kalau dipikir-pikir, apa istimewanya perbuatan wanita itu. Biasa saja, ya. Tapi kenyataannya tidak semua orang tergerak hatinya untuk melakukan itu. Kebaikan hati wanita itulah yang menuntunnya memberi minum si anjing liar tadi. Allah menghargai ketulusan hatinya, sehingga Allah janjikan surga baginya.



Jadi bukan besar atau kecilnya bentuk kebaikan kita yang Allah nilai. Tapi perbuatan baik itulah yang Allah hargai.


Jangan Ragu untuk Ungkap Identitasmu saat Menebar Kebaikan



Sebuah ungkapan berbunyi, "Jika tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu."

Maksudnya di saat kita melakukan kebaikan, gak perlu deh dikasih tau ke orang banyak. Apalagi kalau niatnya untuk pamer, agar dapat pujian dari orang-orang.

Tetapi menyembunyikan identitas saat memberikan bantuan rasanya juga tidak bijak.

Menurutku, menyembunyikan identitas saat berbuat baik justru menghambat orang yang menerima kebaikan untuk membalas kebaikan yang kita berikan.

Sekalipun tidak bisa membalas persis sama dengan yang mereka terima , namun setidaknya mereka pasti ingin mendoakan kita. Mereka ingin menyelipkan nama kita dalam doa-doa mereka.

Sekalipun itu bukan yang kita harapkan, tetapi sebagai orang yang menerima kebaikan, mereka pasti akan merasa sangat bahagia jika bisa memberikan doa.

Berilah mereka kesempatan untuk melakukannya, dengan memberitahu identitas kita sebenarnya. Tidak perlu ditutupi, atau dirahasiakan.

Sebagai orang yang pernah menerima kebaikan dari orang yang tidak dikenal, dalam hati terdalam aku merasa sedih karena tidak bisa mendoakannya dengan maksimal.

Apalagi jika kebaikan yang kita lakukan berupa materi dalam jumlah besar. Sumbangan untuk bencana, misalnya. Tidak apa-apa jika banyak orang yang tahu, agar sumbangan yang diberikan itu bisa tepat sasaran, dan orang yang dipercaya untuk mengelola sumbangan itu bisa menyalurkannya dengan amanah.

Selain itu, identitas yang transparan bisa juga memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Hal ini akan membuat semakin banyak orang-orang yang termotivasi untuk menebarkan kebaikan.

Biarlah Allah yang menjadi satu-satunya Penilai atas kebaikan yang kita lakukan. Apapun penilaian orang lain, pamerkah atau riyakah? Nilai sebuah kebaikan tidak akan berubah menjadi kejahatan. Kebaikan yang kita berikan akan tetap bermanfaat bagi orang yang menerimanya.
 


Menebar Kebaikan, Menyemai Manfaat, Mengurai Kecemasan


Sejatinya, kebaikan itu adalah fitrah manusia.

Salah satu hadist menyebutkan bahwa, "Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi manusia lainnya."

Memberi manfaat bagi orang lain merupakan kebaikan yang akan selalu abadi dalam ingatan.

Seperti yang kualami dalam kisah di atas. Meskipun peristiwa itu sudah 19 tahun berlalu, tetapi sedikitpun aku tidak pernah melupakannya. Kebaikannya abadi diingatanku.

Berkaca dari peristiwa yang kualami, aku pun berusaha sesering mungkin menebar kebaikan, terutama kepada orang-orang di sekitarku.

Meski bukan dalam jumlah yang besar, meski terkadang hanya berupa perhatian, meski hanya berupa kepedulian dan simpati, kebaikan yang kita lakukan ternyata sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.

Jiwa-jiwa yang mungkin sempat merasa putus asa, bisa kembali cerah dengan uluran kebaikan dari kita.





Menebar kebaikan itu bagiku sama halnya dengan memberi manfaat bagi diri sendiri dan juga manfaat bagi orang lain. Di saat berbuat baik, akan timbul perasaan bahagia dalam hati kita, dan juga mengurangi kecemasan dari orang yang menerimanya.

Di saat sedang gundah gulana oleh problema kehidupan, orang cenderung merasa cemas, pusing, dan panik karena tidak menemukan solusi atas masalah yang ia hadapi.

Kemudian kita datang memberikan bantuan, bisa berupa motivasi, penghiburan, dan juga materi.

Sekalipun tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, namun dengan adanya kita membersamai mereka disaat susah itu mampu mengurai kecemasan yang ada di hati mereka.

Pikiran cemas mereka pun berganti rasa optimis. "Oh ... banyak orang baik yang peduli dengan kesulitan kita. Masih banyak orang baik di dunia ini. Kita tidak sendiri. Mari kita bertahan dan berjuang. Semua kesulitan ini akan berlalu."


Menebar Kebaikan Bisa dengan Banyak Cara



Kebaikan itu ibarat ladang luas yang bisa ditanami dengan beragam jenis tanaman. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam menebar kebaikan.

Bisa dengan materi, dan juga tanpa materi. Apapun wujud kebaikan yang kita berikan pasti bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.

Kebaikan berupa materi pun bisa dilakukan dengan banyak bentuk, tidak selalu dalam bentuk uang. Jadi jangan pernah merasa diri tidak mampu hanya karena tidak bisa memberi donasi berupa uang.





Berikut beberapa barang yang bisa kita berikan dalam rangka menebar kebaikan kepada sesama:

- Bahan makanan

Aku bersyukur sampai hari ini belum pernah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan perut. Meski tidak mewah, tapi sekedar nasi dan lauk masih ada setiap harinya. Namun, di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya tidak seberuntung kita. Meskipun sudah berkerja seharian, hasilnya masih belum cukup untuk makan. Ketika melihat kondisi orang yang seperti ini timbul keinginan untuk membantu, tapi kita sendiri tidak memiliki uang berlebih. Nah, kita bisa bantu mereka dengan membagikan sebagian bahan makanan yang kita miliki.

Tidak punya stok bahan makanan untuk dibagi? Mungkin teman bisa mengikuti cara yang pernah aku lakukan ini, yaitu berbagi ikan hasil pancingan.

Suamiku sangat suka memancing, jadi ikan hasil pancingannya kami jadikan lauk untuk makan. Jadi karena uang di tangan pun sedang kosong, kami berikan sebagian ikan hasil pancingan suami kepada salah satu tetangga yang sedang kesulitan.

Alhamdulillah, meski tidak bisa membantu kesulitan mereka dalam bentuk uang, kami bersyukur setidaknya mereka bisa makan dengan lauk yang cukup hari itu.

- Buku dan alat-alat tulis

Setiap tahunnya harga kebutuhan sekolah semakin tinggi. Banyak anak-anak dari keluarga kekurangan yang membutuhkan uluran tangan kita dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya. Teman-teman bisa berikan buku-buku dan alat tulis yang dimiliki untuk meringankan beban mereka.

Sekitar tahun 2018 lalu, salah seorang teman yang berjualan buku melakukan kesalahan pengiriman. Pesanan untuk orang lain malah ia kirimkan kepadaku. Qadarullah, buku-buku itu sangat disukai oleh anakku. Atas kebaikan hatinya, buku yang salah kirim itu dia berikan untuk anakku tanpa bayar sepeser pun. Rasa terimakasih tidak henti-hentinya meluncur dari mulut kami.

Sebagai bentuk syukur kami, sebagian besar buku-buku itu kami bagikan kepada anak-anak di rumah belajar yang didirikan tetangga. Bahagia sekali rasanya melihat wajah sumringah anak-anak yang menerima buku-buku itu.


- Baju layak pakai

Coba lihat lemari pakaian kita, adakah pakaian yang kondisinya masih bagus tapi tidak terpakai karena sudah kekecilan atau desainnya yang kita kurang sukai? Jika ada, dari pada menumpuk di lemari lebih baik diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Tapi perlu diingat ya, Teman. Berikanlah pakaian yang benar-benar layak pakai, yang kondisinya masih bagus. Jangan pernah memberikan pakaian yang sudah koyak dan bolong-bolong, ya.


- Alat kesehatan

Punya alat-alat kesehatan bekas yang tidak terpakai seperti kursi roda, dan alat-alat kesehatan lainnya? Daripada lapuk dimakan usia karena tidak dipakai, lebih baik berikan kepada mereka yang membutuhkan. Pasti ada orang-orang sakit dari keluarga berkekurangan yang sangat membutuhkannya.

Aku sangat bersyukur, kursi roda yang pernah dipakai Alm. ayahku dulu sampai hari ini masih bermanfaat bagi salah seorang tetangga kakakku di Pekanbaru. Dengan kursi roda itu, beliau bisa bergerak mandiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain.


- Pulsa listrik

Ingin membantu tetangga yang kesulitan tapi tidak punya uang, atau sungkan karena uang yang akan dikasih nominalnya kecil? Kita bisa belikan mereka token listrik. Token 20 ribu sudah bisa menerangi rumah mereka selama beberapa hari. Paling tidak dengan bantuan token dari kita, mereka tidak perlu khawatir akan gelap-gelapan disaat mereka tidak ada uang untuk beli token listrik.

Akhir-akhir ini, cara inilah yang cukup sering aku lakukan. Semenjak berhenti berkerja dan membuka usaha jualan pulsa, jujur saja aku jarang memegang uang tunai karena uang yang ada aku jadikan deposit. Karena itu berbagi token listrik ini jadinya terasa lebih mudah.


- Voucher belanja

Uang tidak ada, tapi kita punya voucher belanja? Bisa juga lho disumbangkan. Dengan voucher itu mereka bisa membeli kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari.

Aktifitas sebagai ibu rumah tangga memang ga ada habisnya, tapi aku bersyukur dengan adanya ponsel di tangan, karena sambil mengurus perkerjaan rumah aku tetap bisa menyambil menulis di blog, atau mengikuti berbagai kuis di media sosial. Alhamdulillah, beberapa kali menang kuis hadiahnya voucher belanja.

Salah satu voucher belanja yang aku terima adalah voucher elektronik. Kode voucher itu bisa aku kirim dengan mudah via sms kepada teman di luar kota. Suaminya sakit, kebutuhan rumahnya habis. Aku mau bantu kirim uang, suami pun belum gajian. Alhamdulillah, voucher belanja itu bisa membantu kebutuhannya untuk beberapa hari.

- Uang

Jika ada uang di tangan, banyak bentuk donasi bisa dilakukan. Bisa dalam bentuk tunai, atau dibelikan dalam bentuk barang.


Pernah mendengar ungkapan bahwa perbuatanmu adalah cermin dari hatimu?

Hati yang penuh kasih akan tergambar dari perbuatan dan perkataan seseorang.
Kita tidak perlu menunggu menjadi orang hebat untuk menebar kebaikan, karena sejatinya kebaikan itu sudah ada dalam hati kita. Tinggal diwujudkan saja dalam bentuk perbuatan.







Bahkan tanpa materi sekalipun kebaikan itu bisa kita sebarkan kepada orang lain.


Berikut adalah beberapa bentuk kebaikan sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja sekalipun tidak ada uang, dan tidak ada barang yang akan diberikan.

- Tersenyum ramah kepada semua orang.

"Senyummu mengalihkan duniaku."

Pernah mendengar ungkapan itu, Teman?

Satu senyuman yang kita berikan, sejenak bisa membuat orang melupakan kegelisahannya. Coba bayangkan, ketika kita mengalami masalah dengan rekening bank, kemudian saat ke bank, CSnya cemberut atau ketus. Apa yang dirasakan? Pastinya kita semakin bete, ya. Namun, begitu masuk pintu bank kita disambut dengan senyuman petugas sekuriti, kemudian berlanjut dengan senyuman CS, rasa kesal kita pun berkurang. Itulah dampak senyuman yang kita berikan kepada orang lain. Makanya tidak salah juga jika ada hadist yang berbunyi, "Senyum itu adalah sedekah." Senyuman merupakan salah satu cara menebar kebaikan yang paling mudah untuk dilakukan.


- Berbicara dengan sopan.

Sopan santun dan etika merupakan salah satu mata uang yang berlaku di mana saja. Ketika kita bersikap ramah dan berbicara dengan sopan, maka kebaikan hati kita pun turut terpancar. Dan kebaikan itu menularkan energi positif ke lingkungan sekitar kita.


- Memberikan apresiasi atas karya orang lain.

Memberi apresiasi karya orang lain tidak selamanya mudah. Terlebih lagi jika karya yang dihasilkannya tidak sesuai dengan minat kita. Namun, tunjukkanlah sikap yang baik dengan memberikan apresiasi positif atas karyanya. Bisa dengan pujian, ekspresi takjub, atau bagikan di media sosial.


- Menghibur orang yang sedang berduka.


Menghibur orang yang sedang berduka juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan, karena dibutuhkan kesabaran dan rasa simpati yang besar untuk melakukannya. Jika tidak mampu mengucapkan kata-kata yang menenangkan, kita bisa menghiburnya dengan menunjukkan kepedulian. Seperti mengerjakan sebagian tanggung jawabnya dalam perkerjaan. Itu merupakan salah satu kebaikan yang tidak ternilai harganya.


- Memberi semangat kepada orang yang mengalami kegagalan.

Di saat seseorang mengalami kegagalan, mereka cenderung akan menutup diri dari orang lain karena merasa malu. Tunjukkanlah kebaikan kita dengan memberinya semangat.


- Membagikan berita positif di media sosial.

Di tengah-tengah maraknya pemberitaan hoax, kita bisa menebarkan kebaikan dengan cara memfilter informasi yang kita baca. Sebelum membagikan kepada orang lain, terlebih dahulu kita cari kebenaran informasi tersebut.



Itulah beberapa contoh kebaikan berbagi yang bisa kita lakukan terhadap orang-orang di sekitar kita.


Menebar Kebaikan Tanpa Mengharap Imbalan




Peristiwa malam di tahun 2001 itu selalu kujadikan cermin setiap kali berinteraksi dengan orang lain.

Sebuah suara seolah terus memberiku bisikan, "Berbuat baiklah tanpa mengharap imbalan."

Aku tidak pernah tahu siapa penolong misterius itu dan bagaimana kabarnya saat ini. Siapapun dia aku hanya bisa membalas kebaikannya dengan doa. Semoga Allah limpahkan rahmat dan hidayah untuknya selalu dimanapun ia berada.

Itulah kebaikan sejati. Dia menebar kebaikannya kepadaku tanpa mengharapkan imbalan dan balasan.

Namun, untuknya setiap detik, setiap waktu, selalu meluncur doa terbaik dariku. Kebaikan yang ia berikan padaku waktu itu tanpa ia sadari telah berubah menjadi sebuah investasi, yang pencairannya kelak akan langsung dilakukan oleh Allah.

Menabur benih kebaikan di bumi, kelak memanen hasilnya langsung bersama Allah.

Kemuliaan seperti apalagi yang ingin kita cari?



Menebar Kebaikan Bersama Dompet Dhuafa


Dompet Dhuafa adalah salah satu cara yang aku percaya untuk menebar kebaikan. Bersama Dompet Dhuafa aku bisa menebar kebaikan kemana saja dan kapan saja di seluruh Indonesia.

Dompet Dhuafa berada di bawah naungan Yayasan Dompet Dhuafa Republika, yang dibentuk pada tahun 1994, merupakan lembaga filantropi Islam yang berkhidmat pada pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan penuh kasih sayang dan wirausaha sosial profetik.

Lewat program-program kemanusiaannya, Dompet Dhuafa hadir memberikan harapan bagi mereka yang membutuhkan.

Masih lekat diingatanku ketika pertama kali berdonasi lewat Dompet Dhuafa. Waktu itu sekitar tahun 2013, saat aku sedang melihat-lihat timeline media sosial, selintas muncul berita tentang anak-anak dhuafa yang nyaris putus sekolah karena tidak ada biaya.

Orangtua mereka terlalu miskin untuk membiayai pendidikan mereka. Hatiku bagai teriris-iris membaca berita itu. Sedih dan perih, membayangkan betapa hancurnya hati anak-anak itu karena tidak bisa meneruskan pendidikannya. Mereka tidak bisa lagi bermimpi untuk mewujudkan cita-cita yang mereka miliki.

Terbayang kembali masa-masa sulit saat aku berjuang untuk kuliah dulu. Saat aku harus berjibaku antara perkerjaan dan jadwal kuliah. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang menuntut untuk diselesaikan hingga dini hari. Tak ayal waktu tidur yang kumiliki terkadang hanya 2-3 jam saja dalam sehari. Belum lagi aku harus mengencangkan ikat pinggang agar kebutuhan kuliah terpenuhi.

Aku tidak ingin anak-anak itu tumbuh tanpa pendidikan. Bagaimana kehidupan mereka akan membaik jika secara ilmu mereka pun terbatas.

Aku tidak ingin mereka mengalami kesulitan yang sama dengan yang kualami.

Hatiku terketuk untuk memberi bantuan, namun bingung bagaimana caranya, karena jaraknya terlalu jauh untuk kujangkau. Aku pun browsing mencari tahu bagaimana cara agar bisa berdonasi secara online.

Hasil penelusuran membawaku menuju halaman Dompet Dhuafa. Setelah membaca program-program yang dimiliki oleh Dompet Dhuafa, aku tidak ragu lagi.

Lewat Dompet Dhuafa kita juga bisa membayarkan zakat, waqaf, dan infaq kita. Jangan ragu dengan transparansinya, karena kita akan menerima bukti penerimaan donasi kita setiap bulannya via email.

Laporan donasi



Dompet Dhuafa memiliki 5 pilar utama dalam menebar kebaikan yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan dakwah, serta budaya.

- Pendidikan
Dompet Dhuafa berkomitmen menyediakan akses pendidikan seluas-luasnya untuk kaum dhuafa

- Kesehatan
Dompet Dhuafa di program kesehatan, mendirikan berbagai lembaga kesehatan yang bertujuan untuk melayani seluruh mustahik dengan sistem yang mudah dan terintegrasi.

- Ekonomi
Dompet Dhuafa memberdayakan masyarakat bebasis potensi daerah untuk mendorong kemandirian umat.

- Sosial dan Dakwah
Dompet Dhuafa merespon cepat permasalahan masyarakat sesuai dengan kebutuhanya.

- Budaya
Dompet Dhuafa tidak akan melupakan budaya yang merupakan warisan leluhur zaman dulu yang mengandung nilai-nilai kebaikan.


Sejak itu, aku berusaha untuk selalu menyisihkan sebagian rezeki untuk kudonasikan lewat Dompet Dhuafa.





Bahkan dalam pandemik corona di tahun 2020 ini, Dompet Dhuafa memiliki program Sembako untuk Masyarakat Terdampak Corona.

Jadi meskipun saat ini aku tidak berada di area red zone penyebaran virus Covid-19, aku tetap bisa menebar kebaikan kepada para korban dengan berdonasi lewat program ini.

Kita tidak perlu khawatir donasi yang diberikan sampai atau tidak kepada tangan yang berhak, karena Dompet Dhuafa mengadakan program ini dengan menetapkan target bantuan yaitu kepada kelompok rentan, seperti perkerja harian, kelompok lansia, perkerja serabutan, pedagang asongan, dan kelompok masyarakat lainnya yang secara sosial ekonomi terdampak karena diterapkannya aturan social distancing #DirumahSaja.

Selain itu, Dompet Dhuafa juga memberi bantuan berupa disinfection chamber di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet dan tempat-tempat umum. Pembagian hygiene kit kepada kelompok rentan, serta penyemprotan desinfektan di beberapa fasilitas umum.

Sobat Meripedia ingin bergabung menebar kebaikan dalam melawan penyebaran virus Covid-19 ini? Bisa banget, Temaaan.

Dimanapun kamu berada, berapapun yang kamu bisa, ayo donasikan lewat Dompet Dhuafa. Caranya sangat mudah, bahkan bisa via dompet digital seperti OVO, DANA, dan lainnya.

1. Pilih jenis program, klik 'donasi'.
2. Masukkan data donatur, dan nominal donasi.
3. Pilih metode pembayaran.
4. Konfirmasi
5. Setelah berhasil, akan ada email pemberitahuan.




Tidak perlu malu jika donasi yang kamu berikan sedikit, karena Allah tidak menilai nominal yang kita berikan, tetapi niat tulus kita dalam berbagilah yang akan Allah hargai.

Mari menebar kebaikan kepada sesama.

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang Diselenggarakan Oleh Dompet Dhuafa


You Might Also Like

75 komentar

  1. Lelaki misterius itu mungkin aja yang penampilannya lusuh yang ngedeketin Mba Meri malam hari... Hehehe..

    Sesuai janjiNya, pertolongan Allah itu sangat dekat. Sekecil apapun yang kita kasih ke orang lain, itu punya nilai besar di mata Allah. Keliatan nya sih sepele, cuma aqua gelas, tapi mungkin aja segelas air itu sangat membantu Pak Iwan kan.

    Kalo baca cerita di atas, jangan takut untuk berbagi, walau nilainya kecil. Yang dinilai bukan kuantitasnya, tapi keikhlasan kita untuk berbagi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Belakangan aku pikir-pikir, memang sepertinya dia. Ada rasa bersalah juga jadinya karena sempat su'uzon, tapi yah ... dalam situasi malam itu gimana ga panik, ya? Hehehe.

      Delete
  2. Kisahnya inspiratif kak, semoga kita selalu bisa berbuat baik walaupun kecik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Semoga bisa diambil hikmahnya ya, Mas.
      Aamiin. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang murah berbagi.

      Delete
  3. sekarang lebih mudah untuk melakukan donasi ya. dengan mudah seperti ini untuk berbagi dengan orang lain, semoga semakin banyak orang yang memberi walaupun hanya sedikit ya ka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Teknologi digital sangat memudahkan kita dalam banyak hal, termasuk untuk berbagi dengan sesama.

      Delete
  4. Udah suudzon yaa hehe
    Tapi siappun itu jika perempuan di posisi itu pasti juga akan melakukan yg sama hiks.
    Di awl, aku pikir ini horor kakk dan lega setelah si cowok lusuh itu ternyata bayarin hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. SUlit untuk nggak suuzon dalam kondisi itu. Aku pun baru ngeg belakangan kalau yang nolongin justru lelaki lusuh itu.

      Delete
  5. Wah kisah yang sangat inspiratif sekali. Kebaikan yang kita anggap kecil ternyata sangat bermanfaat bagi orang lain. Benar sekali mbak, berbagi kebaikan itu bisa kita mulai dari hal-hal kecil dan dari apa yang kita punya. Jadi tidak perlu menunggu kaya untuk berbagi. ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak. ga perlu tunggu kaya dulu. selagi ada, selagi bisa, kita lakukan aja.

      Delete
  6. Kisahnya inspiratif banget, Mbak. Btw,postingan ini buat ikutan lomba yang diadakan Dompet Dhuafa, ya?
    Sukses, mbak. Aku Lom nulis. 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mbak. ikutan lomba, sekalian berbagi pengalaman. semoga bermanfaat bagi yang membaca. ayo, mbak. tulis artikelnya.

      Delete
  7. Terimakasih cerita inspiratifnya kak. Kebaikan kecil itu bisa berarti luar biasa bagi orang sekitar. Semoga tetap istiqomah jadi orang baik yg menebar kebaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga bisa dipetik hikmahnya ya, mbak. Aamiin, semoga kita senantiasa selalu menebar kebaikan.

      Delete
  8. Kok jadi kepikiran sama lelaki misterius itu ya. Kok bisa tahu kalau mbak ga punya uang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setelah aku pikir-pikir, mungkin dia sempat mengamati tingkahku saat menunggu hujan reda di teras mal itu, mbak.

      Delete
  9. ceritanya menyentuh hati dan benar sekali kebaikan bisa dimulai dari hal-hal kecil dan setiap manusia lahir dengan seribu kebaikan dari Tuhan. hanya saja seiring bertambahnya usia dan semakin bnyk yg dilihat terkadang ego manusia suka mengkotak2an kebaikan versi diri sendiri. Semoga kita semua selalu berbuat baik tanpa pamrih seperti sifat Tuhan yg selalu maha pengasih dan maha penyayang tanpa pamrih pd semua umat ciptaan NYA Amin YRA

    ReplyDelete
  10. ceritanya menyentuh hati dan benar sekali kebaikan bisa dimulai dari hal-hal kecil dan setiap manusia lahir dengan seribu kebaikan dari Tuhan. hanya saja seiring bertambahnya usia dan semakin bnyk yg dilihat terkadang ego manusia suka mengkotak2an kebaikan versi diri sendiri. Semoga kita semua selalu berbuat baik tanpa pamrih seperti sifat Tuhan yg selalu maha pengasih dan maha penyayang tanpa pamrih pd semua umat ciptaan NYA Amin YRA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga kita selalu bisa menebar kebaikan di bumi Allah ya, Mbak. Tidak hanya pada manusia, bahkan makhluk ciptaan Allah lainnya.

      Delete
  11. Wiwin | pratiwanggini.netApril 19, 2020 at 9:21 PM

    Begitulah, ketika kita pernah berbuat baik, meskipun tidak disengaja, Allah akan kasih balasan di saat kita membutuhkan. Seolah-olah kita diberi kemudahan, padahal itu karena kita pernah menanam kebaikan di waktu-waktu sebelumnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semacam investasi ya, Mbak. Sekarang aku prinsipnya simple aja, berbuat baik sebanyak mungkin, ga peduli kecil besar ukurannya, yang penting berbuat baik. Urusan pahala aku ga pikirin, biar jadi domainnya Allah aja.

      Delete
  12. Duh, sedih sekaligus menggugah ceritanya, kak. Semangat terus ya, terutama dalam berbagi kebaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sedih kalau ingat masa-masa itu, Mas. Bener-bener ga nyangka kalau aku bisa hidup dalam kondisi serba minus gitu, dan berjuang untuk kuliah dengan hasil keringat sendiri. Kadang masih ga percaya, sekarang semua itu tinggal cerita.

      Delete
  13. Kita tidak pernah tau pertolongan dari Allah itu datang dalam bentuk apapun, kapanpun, dan dimanapun. Itu adalah janji Allah kepada umatnya yang suka membantu siapapun walau ia pun mengalami kesulitan dan dengan nominal seberapapun pasti Allah akan ganti dengan lebih besar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, Mas. Cuma terkadang kita suka lupa dengan janjiNya itu. Hiks.

      Delete
  14. Wah kisahnya inspiratif sekali. Tadi deg2-an bacanya. Malam2 cewek2 sendiri.. mana hujan lebat. Kalo aq nangis paling.. semangat menebar kebaikan. Semoga aq selalu punya semangat untuk itu walaupun tak punya apa-apa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku aja sampai hari ini masih merasa takjub dengan kuasa Allah, Mbak. Aku baik-baik aja, dan dapat pelajaran hidup berharga yang tidak terlupakan seumur hidup.

      Delete
  15. Hanyut membacanya k, semoga kisah itu bisa terus menjadikan kk dan saya yang membaca berusaha lebih baik untuk menjadi orang baik. Sukses ya k lomba Dompet Dhuafanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Bisa diambil hikmahnya ya, Mbak.
      Terimakasih.

      Delete
  16. Yes setuju banget Kebaikan Kecil Berdampak Besar, dan pun 2.5% dari harta kita ada harta orang lain juga, jadi sesering kita menebar kebaikan, kebaikan itu akan kembali ke kita lebih dari yang diberikan. Indah sekali :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Mbak. Ada hak orang lain dalam harta kita, ya.

      Delete
  17. Keren kisahnya inspiratif. Tp diawal deg-degan bacanya. Siapa ya yg tlh membayari angkot mba. Dia telah menyebar kebaikan ya. Semoga kisah mba bermanfaat buat sesama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah yang menjadi misteri, Mbak. Kuat dugaan aku orangnya ya lelaki yang berpenampilan aneh itu. Tapi wallahualam. Karena itu aku cuma bisa berdoa semoga Allah melimpahkan karuniaNya kepada lelaki itu.

      Delete
  18. aku setuju sama tukang parkir itu mbak, pasti karena mbak meri baik Allah menolong mbak meri. memang kebaikan itu menular! masyaAllah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masyaa Allah. Biarlah Allah yang menjadi penilai Mbak. Aku takut menjadi ujub gara-gara pemberian sedikit itu.

      Delete
  19. memang untuk menebar kebaikkan tak susah caranya ya, bisa dilakukan saat ini juga dan simple tentunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mut. Kecanggihan teknologi telah mempermudah banyak hal, termasuk urusan berbagi ini.

      Delete
  20. Memang sih menyembunyikan identitas saat berbuat baik justru menghambat orang yang menerima kebaikan untuk membalas kebaikan yang kita berikan. Tapi kita sebagai pemberi kadang timbul perasaan ria dengan sendirinya klo nama kita disebut. Dan susah sekali utk mengontrol hati agar tidak ria.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar juga, Bang. Beramal tapi riya juga tidak disukai oleh Allah, ya.

      Delete
  21. Jadi inget, dulu pas kuliah naik bus ke depok. Baru sadar ternyata ga bawa uang...bayar pake apaa?? Untung ada bpk2 yg bayarin ongkos...cuman 6500 waktu itu..tp kubersyukur luar biasa, ga berenti bilang makasih 🙏😭 bener mbak, sesedikit apapun yg kita berikan ternyata amat berarti bagi yg menerima ❤️

    ReplyDelete
  22. Cara dan jalan menebar kebaikan itu banyak ya bisa kapanpun & di manapun. Kebaikan yang kita berikan pasti ada balasannya suatu saat nanti. Alhamdulillah dari yang kecil menraktir minum jadi membantu ya di saat dibutuhkan

    ReplyDelete
  23. Satu peristiwa, sepertinya kecil, namun sangat membekas ya Mbak. Dan sebagai insan yang sebaiknya kita tahu diri dengan apa yang pernah kita dapatkan. Terima kasih atas artikelnya,Mbak

    ReplyDelete
  24. Terharu aku baca cerita pembukanya
    Luar biasa ya. Lelaki kumal itu sepertinya memang dikirim Tuhan untun menolong deh. Bahkan secara khusus dia membayarkan angkot. Menentukan penumpangnya pula.

    Hatiku hangat membacanya. Bener-bener menggugah untuk senantiasa berbuat baik dan kalau udah niat, jangan ditunda-tunda

    ReplyDelete
  25. Ya Allah, merinding sekali membaca hikmah kisah yang pernah Mba Meri alami. Apalagi siapa lelaki berbaju kotor itu tak terungkap ya ketika Mba Meri mencaritahu. Semoga amalan baik beliau selalu mendatangkan kebaikan sepanjang hayat beliau.

    Yuk ah kita bisa juga melakukan kebaikan sekecil apapun. terutama di saat susah gini, banyak yang terdampak Corona, sudah saatnya kita saling bantu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Ayo, Mbak. kita bergerak bersama agar yang terdampak sedikit banyak bisa berkurang kesulitannya

      Delete
  26. aih aku terharu banget dengan kisahnya, mba. semoga semakin banyak orang-orang di dunia ini yang menebar kebaikan dengan penuh keikhlasan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, Mbak. Semoga bisa diambil hikmahnya ya, Mbak.
      Aamiin. Semoga kita senantiasa termasuk orang-orang yang gemar berbagi kebaikan.

      Delete
  27. Ceritanya ... ck ck ck ... buat saya speechless.... semoga bapak itu mendapat balasan kebaikan sejuta kali lipatnya amiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Terimakasih, Mbak Tanti.
      Doa terbaik juga untuk Mbak dan keluarga, ya.

      Delete
  28. Cerita yang inspiratif banget, terharu membacanya. Memang, menebar kebaikan itu harusnya tidak mengharapkan imbalan. Apalagi divideokan terus dijadikan konten Video. Duh ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Mas. Kita bisa berbagi kebaikan tanpa harus merendahkan harga diri penerima, ya.

      Delete
  29. Duh aku juga jadi penasaran sama si orang baik yang bayarin ongkosnya. Itu beneran baru balik kerja jam 11 malem? Salut aku.
    Btw infografisnya lucu nih, sukaaa

    ReplyDelete
  30. Bener mbak kita gak boleh remehkan sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan. Ntw donasi lewat dompet dhuafa emang mudah banget ya mbak. Bisa dilakukan dari rumah. tinggal klik-klik saja.

    ReplyDelete
  31. kisahnya terasa banget kak. plus kenapa orang- orang mengaanggap remeh koin kita ya, padahal kalau dikumpulin bisa berguna untuk disedahkan yak

    ReplyDelete
  32. Baca kisahnya berasa ikut deg2an nunggu angkot, pas ujan2 dan mikir gimana ongkosnya Mba. ..dan tanpa disangka2 ada hati yg terketuk melihat situasi tsb ya Mba... Kita emang ga pernah tau dr arah mana akan mendapat balasan kebaikan, jadi selalu berpikir dan berniat berbuat baik meski kecil

    ReplyDelete
  33. Masya Allah saya terhenyuh dengan Ceritanya. Seakan membuktikan kebaikan yang diperbuat suatu saat pun akan tergantikan dengan kebaikan pula yang justru terkadang di waktu tak terduga

    ReplyDelete
  34. Kisahnya bener2 mirip kayak di novel2 :)

    tetaplah menebar kebaikan ya, karena tanpa berharap kebaikan itu sendiri akan kembali pada kita juga ya. thanks remindernya ya.

    ReplyDelete
  35. Baca ceritanya kayak lagi nonton film. Ternyata ada ya kisahnya di dunia nyata. Mungkin ada yang berpikir koin nggak begitu penting, tapi bagi orang lain uang koin begitu sangat penting.

    ReplyDelete
  36. Mba, aku jadi penasaran bapak-bapak itu emang sih ya kadang kitanya keburu berprasangka ga baik tapi nyatanya bapak itu yang bayarin duh ya Alloh pertolongan Alloh yah emang datang disaat yang tepat :) makasih kisahnya mba

    ReplyDelete
  37. Setuju banget, sejatinya perbuatan baik yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri (manfaatnya).

    Duluu, saya pernah mengalami hal yang saya naggap luar biasa. Saat di Jakarta, saya salah turun dan untuk mencapai lokasi tujuan saya, secara jarak sebenarnya tidak jauh tapi ya terasa kalau jalan kaki. Tapi kalau naik bis lagi, akan butuh waktu lebih lama karena rute bis yang dimaksud memang berputar-putar (jauh) sebelum akhirnya melewati lokasi yang ingin saya tuju. PAs saya tanya ke seseorang, eh dia malah menawarkan diri untuk mengantarkan saya dan entah kenapa saya yakin saja kalau orang tersebut berniat tulus. Alhamdulillah, beliau memang orang baik. Memang tidak persis di lokasinya, tapi bisa jalan kaki lebih dekat.

    ReplyDelete
  38. Ceritanya menginspirasi sekali mbak :D
    Kadang kita gak niat bantuin eh ternyata malah orgnya ngrasa terbantu ya.
    Emang kalau kasi bantuan gak perlu tunggu kaya dulu tapi bantu aja dulu dengan apa yang kita punya atau bisa lakukan ya

    ReplyDelete
  39. Allah SWT selalu adil yaaa mba.. sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan semua ada balasan-Nya. Alhamdulillaaaah kita selalu dalam lindungan-Nya ya mba.. mari tebar kebaikan

    ReplyDelete
  40. Cerita yang inspiratif banget mbak. Jangan pernah ragu utk berbuat baik, krn Allah juga tak pernah ragu memberi kita kejutan tak terduga tanpa aba-aba

    ReplyDelete
  41. Berbagi itu indah ya mak. Kita jadi tahu orang sekeliling kita gimana. Beberapa kali ke dd emang tahu di mana disalurkannya dgn baik

    ReplyDelete
  42. Inspiratif sekali mbak. Kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan. Begitu juga dengan Mbak yang berbuat baik dengan Pak Iwan. Siapa sangka dibalas Allah saat Mbak benar benar butuh uang buat naik angkot

    ReplyDelete
  43. Koin kebaikan sungguh terasa, saya paling seneng kumpulin koin dan kemudian dibelikan untuk kebutuhan siapa yang lebih membutuhkan. Kadang yang dianggap kecil itu sesungguhnya besar

    ReplyDelete
  44. ceritanya punya plot twis yang menarik ini ah,,, sempat terkecoh aku,, btw emang tahun ini tuh tahun berbagi sih,, kesempatan yang sangat tepat karena banyak yang akan tepat sasaran karena benar-benar membutuhkan,, dompet duafa udah kredible banget dalam penyaluran bantuan apalagi zakat,, perhitungan zakat maal dompet duafa yang paling detail dengan hadis yang pas dihati buat aku,,,

    ReplyDelete
  45. Masya Allah, ceritanya sangat menyentuh Mbak. Saya rasa yang bayarin Mbak Meri itu udah merhatiin dari jauh saat Mbak Meri merogoh kantong nyari uang. Itu tahun berapa Mbak kok masih koin bayarannya. Hahahah.

    Semoga Allah beri ganti kebahagiaan kepada orang yang berbuat baik itu ya Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tahun 2001, Mbaak. Ongkos masih seribu rupiaaah, tapi kalo emang lagi tongpes, alias bokek, uang segitu besar juga artinya. Hahaha

      Delete
  46. Terharu banget mbak, ketemu malaikat yang menyamar. Bicara soal kebaikan memang rencana Allah tuh gak ada habisnya bikin terheran-heran.

    ReplyDelete
  47. kalo saat ini memang di tengah wabah corona untuk beramal lebih mudah melalui donasi, tinggal kirim melalui mobile banking selesai.

    ReplyDelete
  48. Menebar kebaikan memang harus dilakukan, kalau dahulu orang melakukan kebaikan tangan kanan memberi tangan kiri ga bole tahu , kalau sekarang malah harus transparan ya , foto malahan ketika memberi dengan alasan dokumentasi ya mungkin memang harus begitu zaman sekarang ini. Semoga kita terus menebar kebaikan untuk lingkungan sekitar ya.

    ReplyDelete
  49. MayaAllah ada orang baik seperti itu. Hal yang menurut kita kecil, bisa jadi sangat berarti untuk orang lain. Untuk itu jangan pernah ragu untuk berbuat baik.

    ReplyDelete
  50. Bener mbak. Kita membantu orang lain sebenarnya adalah membantu diri kita
    sendiri. Dan gak semuanya bentuk materi yaa. Misal senyum, berkata sopan.
    Waah noted. Makasih remindernya

    ReplyDelete
  51. aku terharu baca cerita awalnya, memang deh orang baik akan selalu
    mendapatkan penolong yang baik jugaaaaa.. Berarti mulai saat ini kita harus
    banyak nabung nabung kebaikan ya maaaaak..

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung.

Demi kebaikan blog ini silahkan tinggalkan kritik dan sarannya di kolom komentar, ya.

Mohon maaf komentar dengan link hidup dihapus, ya.